Berkebun Bersama Kakak
Pagi ini, aku
masih mengantuk. Namun, aku harus bangun. Aku sudah membuat janji dengan
kakakku. “Kring…kring…kring” jam wekerku berbunyi tiga kali. Lalu kumatikan jam
itu dan aku segera beranjak dari tempat tidur. Lalu ku buka pintu dan keluar
dari kamarku. Ku dengar suara burung berkeriapan di luar sana. Mereka sudah
mencari makan, tapi aku masih bermalas malasan.
Aku terkejut
melihat sesuatu di meja makan. Ternyata ibuku sudah membuatkanku susu. Aku
senang sekali melihatnya. Lalu ku ambil gelas berisi susu tersebut lalu ku
minumnya. Rasanya sangat manis sekali. Baru sekali tengguk saja, rasa gulanya
langsung meresap di lidahku. Aku ingin segera menghabiskan susu itu, tapi…
Terdengar
langkah kaki dari arah lain. Kakakku datang menghampiriku. “Dik, aku minta
susunya, dong?” Ku berikan saja susu tersebut kepada kakakku. Ternyata susuku
dihabiskan oleh kakakku. Satu tetespun tak tersisa. Ya sudah, ku taruh kembali
susu itu di meja. Aku kesal dibuatnya. Kakaku malah ketawa, seolah-olah telah
berhasil mengerjaiku. Tapi dia lalu minta maaf. Sebagai anak yang baik hati,
kumaafkan saja.
Sampai lupa,
ternyata aku mempunyai janji dengan kakakku. Kalau tidak diingatkan kakakku,
aku pasti lupa. Kakakku mengajakku ke kebun. Aku dan kakakku memang hobi
berkebun. Lalu kami berdua mengambil cangkul dan berangkat ke kebun. Kami cukup
jalan kaki saja karena jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami.
Di tengah
jalan, aku terlena. Aku tidak menyadari bahwa kami akan melewati pertigaan
kecil. Untung kakakku sigap. Dia lalu menarikku ke pinggir. Lalu terdengar
motor tetangga kami. Kami menyapanya dengan lambaian tangan. Untung saja aku
ditarik kakakku, kalau tidak, pasti terjadi hal buruk padaku. Dengan lebih
berhati-hati, kami lalu melanjutkan perjalanan.
Sesampai di
kebun, kami berbagi tugas. Kami berencana membersihkan tanaman kebun dari
rumput pengganggu. Aku membersihkan di sisi utara, sedangkan kakakku di sisi
selatan. Kami mulai membersihkan dengan mencangkuli. Aku mencangkul sedikit
demi sedikit. Ketika kulihat di kanan dan kiri, ternyata aku sudah di
tengah-tengah kebun. Tidak terasa, cukup jauh sudah aku mencangkul. Maklum aku
tidak menyadarinya, karena aku mencangkul mundur. Aku mau istirahat dulu saja.
Aku ingin mengajak kakakku dulu. Aku berbalik dan …
“bruk!!”
Ternyata aku bertabrakan dengan kakakku. Sial sekali!
Karena cukup
lelah mengankat cangkul, kami duduk-duduk saja sambil mencabuti rumput yang ada
di kebun bagian tengah. Aku melihat ada sebuah bunga yang cantik. Akan ku cabut
satu saja lalu ku bawa pulang. Satu tangkai bunga sudah berada di genggamanku.
“Blukkk!” Terdengar sesuatu yang aneh dibelakangku. Lalu ku toleh ke arah
sumber suara tersebut. Kuamati di tempat itu, tapi tidak apa-apa. Lalu ku toleh
kembali bunga yang tadi ku petik. Astaga! Bunga itu tingggal tangkainya saja.
Bunganya menghilang. Aku kesal sekali dengan keanehan ini.
Kupetik saja
lagi satu bunga. “Blukk!” Ternyata suara itu muncul lagi. Kutoleh lagi ke arah
belakangku. Tidak terjadi apa-apa. Astaga! Bungaku hilang lagi. Huh! Aku kesal
sekali. Aku tidak mau mencari bunga itu lagi!
---
Ternyata, itu
adalah ulah kejahilan kakakku. Esoknya aku diberitahu kalau yang membuat suara
dibelakang itu adalah kakakku. Dan ketika aku menoleh ke belakang, dia
menyentil bungaku, hingga akhirnya bungaku terbang entah kemana. Huh! Kakaku
emang jahil… jahat!
---
Awan
tiba-tiba terlihat mendung. Aku melihat ke atas dan khawatir hujan segera
turun. Dan benar saja, setelah petir pertama menyambar, hujan turun dengan
deras. Kami berdua segera mencari tempat berteduh. Untung sekali di kebunku
terdapat pohon beringin yang cukup untuk berteduh. Kami berdua berteduh disana.
Tiba-tiba saja tubuhku terdorong ke songsongan air hujan. Ternyata aku didorong
kakakku. Aku jadi agak basah. Ku pukul kakakku, di saat seperti ini masih saja
dia bercanda dan menjahili ku. Dia tertawa saja. Lalu kami menunggu hujan reda
di bawah pohon itu.
Ternyata,
hujan tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian, hujan reda. Kami lalu
keluar dari tangkupan dahan-dahan pohon beringin itu. Aku berkata pada kakaku,
“Kak, kamu jahat sekali padaku! Huh!”
“Hehe… Aku
hanya bercanda padamu, dek. Jangan marah!”
“Ya, tapi aku
jadi basah nih!”
“Hehe, ya
sudah, kakak minta maaf.”
Aku tahu,
kakakku sangat sayang kepada ku. Tapi anehnya, dia mewujudkan rasa sayangnya
dalam bentuk candaan. Bahkan, dia sering jahil kepadaku. Tapi sesungguhnya dia
tetap menyayangi ku. Aku juga sayang pada kakakku.
Karena hari
sudah cukup siang, kami bergegas pulang. Aku senang sudah melewati hari ini
dengan kakaku. Terlebih karena kita berdua sudah merawat bunga-bunga di kebun.
*Tulisan di atas merupakan narasi yang akan diubah menjadi naskah Pantomim Anak
doain kelar, ya!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar