Rabu, 26 Agustus 2015

Aku yang Cuma Mampu Terseyum dan Tertawa

captured from @masbutet


Karena keren itu miliki mereka yang humoris, katanya, hehe…
Ya, memang benar. Saya merasa memandang orang itu keren, ketika orang itu mampu membuat humor dan saya tertawa. Sudahlah, keren terkadang milik sebagian orang saja. Pengakuannya juga relatif kok, tidak perlu dibuat iri. Keren juga bukan tujuan semua orang.

Butet itu budayawan, kata kawanku. Saya sedikit menolak pernyataannya, tapi memang benar kata temanku itu. Dia memang budayawan, hanya saja, dia punya budaya humor. Misuh saja, maaf, berkata kotor saja, bisa membuat saya tersenyum, tidak kurang sekitar 20 detik gigiku terlihat sedang memandangi layar komputer. Bahkan seorang standup comedian yang serius berniat membuat punchline belum tentu semampu itu.

Entah itu karena keturunan, latihan, referensi, atau apapun, yang jelas itu membuat saya tertawa. Hanya sebuah gambar yang jika dibiarkan tanpa ada tulisannya, tak ada sesuatu. Tapi ditambahi twit atau komentar atau apa itu namanya, saling jawab antara butet dan temannya, tanpa runtutan cerita yang jelas, terasa menjejak ujung bibir untuk saling menjauh ke atas dan ke bawah.

Budaya humor itu sebuah kecerdasaan. Sebagian orang menyebutnya keren. Namun, kata keren terlalu mewah, lebih bagus jika dikaitkan dengan kecerdasaan, yang setiap orang berhak menekuninya setiap hari. Buat apa menjadi keren setiap hari? Tapi menjadi cerdas dari hari ke hari itu lebih penting. Keren hanya untuk dilihat, sebenarnya keren cukup saat butuh perhatian saja. Selebihnya, mending dijadikan kebutuhan.

Namun, yang nyesek, kadang modal otak cuma paspasan. Niatnya mau bikin humor, eh malah ketahuan alaynya. Hmmm, cuma contoh aja kok… Yang otaknya pas-pasan, mending makan dulu yang bener. Kalian butuh mikir dulu. Humor bukan saja tentang kata yang bisa ditulis terus punya kekuatan super. Come on, tidak semua orang itu butet guys, tidak semua orang itu sudjiwo tedjo, bro. Timing, intonasi, properti, kebutuhan, dan banyak hal yang dipengaruhi. Semuat itu jadi pertimbangan. Kalau loe abaikan… ya udah … Boooom!

So, nikmati apa yang bisa dibaca, apa yang bisa didengar, apa yang bisa liat, dan sadari humor yang ada di dalamnya. Capek mikir? Banyak temennya! Diem aja sampai mati!